Si Manis dari Ciokong
Jum'at, 08 Oktober 2010 07:59 WIB
Kurang lebih 5 km dari pantai pangandaran terdapat sebuah kampung
bernama Ciokong. Kampung Ciokong termasuk dalam wilayah Desa Sukaresik,
Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Ciamis. Ciokong merupakan kampung yang
rata-rata penghasilan penduduknya berasal dari gula merah olahan sendiri
/ home industry.
Ibu Nasiah dan bapak Hasim adalah salah satu contoh dari sekian
banyak pembuat gula merah di Ciokong. Wanita berusia 56 tahun itu ramah
menyambut kunjungan kami. Rupanya rumah ibu Nasiah, terlebih dapur
tempat ia membuat gula merah, sering dikunjungi oleh wisatawan domestik
maupun mancanegara untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka tentang
pembuatan gula merah. Sejak kecil hingga menikah dan memiliki anak, ibu
Nasiah telah menjadi pembuat gula merah. Terhitung 20 tahun sudah ibu
Nasiah menjadi pembuat gula merah dengan modal 26 pohon kelapa.
Proses produksi gula merah tidak terlalu sulit. Yang
dikumpulkan dari pohon kelapa milik ibu Nasiah adalah langgari atau
bunga kelapa. Bila langgari diiris maka akan keluar air yang disebut
lahang atau nira. Agar kotoran dan binatang tidak ikut ke dalam
tampungan, lahang disaring terlebih dahulu. Biasanya dari 1 langgari
diperoleh 1,5 liter lahang. Selanjutnya lahang dimasak selama 3 jam. Di
dapur ibu Nasiah kami melihat tungku tradisional dengan bahan bakar
kayu, sabut kelapa dan tempurung. Selama dimasak lahang diaduk terus dan
dikasih sedikit apu sirih (kapur) yang berfungsi agar gula tidak asam.
Lahang
dimasak sampai kental dan menjadi gula. Bila sudah kental, terus diaduk
hingga dingin dan siap dicetak. Perlu diingat, jangan sampai gula
menjadi terlalu dingin karena otomatis sudah kaku dan tidak bisa
dicetak. Cetakan gula terbuat dari bambu berdiameter 1 cm dan lebar 1
cm. Nama cetakan gula ini adalah sengkang. Sendok yang biasa dipakai
untuk menuang gula ke sengkang bernama etok. Bila sudah dicetak, biarkan
gula merah mengeras dan bisa dikeluarkan dari sengkang untuk dikemas.
Kemasan gula merah cukup menarik, terbuat dari daun kelapa kering
berbentuk keranjang.
Dalam sehari ibu Nasiah memproduksi 8 kg
gula, dipatok harga Rp. 7.000. Rata-rata semua pembuat gula di Ciokong
menjual hasil produksi mereka ke ranting-ranting atau pengepul.
Kadang-kadang
ibu Nasiah gagal membuat gula. Gula yang rusak tersebut disebut gula
ketok. Tapi jangan salah, gula ketok masih bisa digunakan! Ya, gula
ketok merupakan salah satu bahan untuk membuat kecap. Gula be\\\'es atau
gula gagal ini justru dibutuhkan dalam pembuatan kecap.
Di dapur ibu Nasiah, selain mencicipi gula merah, kami juga disuguhi wajit. Ternyata proses pembuatan wajit juga tidak susah.
Bahan-bahan :
1 kg tepung beras
3 kg gula merah
6 butir kelapa parut (muda)
Cara membuat :
Semua
bahan di atas dicampur, dimasak sampai kering dan diangkat. Wajit
lantas dibungkus menggunakan kertas minyak dan dijemur. Setelah proses
penjemuran wajit siap dijual. Mudah bukan?
Kampung Ciokong memang
tidak setenar Pangandaran namun di sana ada kehidupan milik
Indonesia... kehidupan para pembuat gula merah.
Sumber : http://aci.detik.com
.